Implementasi TI, Wujud Manajemen Perubahan
Sobat, melalui tulisan ini saya akan buktikan secara narasi bahwa implementasi TI adalah salah satu wujud Manajemen Perubahan
Seiring perkembangan waktu, teknologi informasi (TI) telah memegang peranan penting dalam berbagai sektor kehidupan. Dari sudut pandang organisasi, para pimpinan organisasi telah banyak yang menyadari pentingnya TI mewujudkan efektifitas dan efisiensi organsasi. TI telah merubah mindset lowspeed operation menjadi highspeed operation. Dengan demikian, tentunya kita sepakat TI disebut sebagai piranti perubahan.
Mengapa TI disebut sebagai piranti manajemen perubahan? argumentasinya adalah sebagai berikut :
Seiring perkembangan waktu, teknologi informasi (TI) telah memegang peranan penting dalam berbagai sektor kehidupan. Dari sudut pandang organisasi, para pimpinan organisasi telah banyak yang menyadari pentingnya TI mewujudkan efektifitas dan efisiensi organsasi. TI telah merubah mindset lowspeed operation menjadi highspeed operation. Dengan demikian, tentunya kita sepakat TI disebut sebagai piranti perubahan.
Mengapa TI disebut sebagai piranti manajemen perubahan? argumentasinya adalah sebagai berikut :
1. Dengan implementasi TI yang benar ternyata mampu meningkatkan efektif dan efisiensi organisasi yang signifikan;
2. Kemudian organisasi yang memiliki itikat baik untuk implementasi TI tentunya akan memacu bahkan sampai taraf memaksakan dirinya untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam rangka implementasinya baik yang berkaitan dengan TI itu sendiri atau di luar TI, tidak hanya sebatas biaya tetapi juga perbaikan manajemen administrasi. Untuk lebih jelasnya baca studi kasus : “implementasi TI melalui SISDM mampu memaksakan organisasi untuk memiliki manajemen administrasi kepegawaian/SDM yang baik klik disini atau implementasi e-Procurement pada akhirnya memaksakan organisasi menertibkan pengadaan barang/jasanya, klik disini);
3. Implementasi TI haruslah mengacu dan selaras dengan strategi bisnis perusahaan atau organisasi. Dengan demikian organisasi akan dipaksakan untuk melakukan evaluasi strategi bisnisnya;
4. Implementasi TI sebagai bagian dari proses dan kapabilitas, sehingga akan memaksakan untuk melakukan penataan proses dan kapabilitas itu sendiri, serta penataan tiga komponen lainnya, yaitu struktur organisasi, sistem remunerasi, serta SDM nya;
5. Aplikasi TI memudahkan kita (agen perubahan) untuk menyampaikan doktrin pentingnya perubahan dan meningkatkan jumlah subjek perubahan untuk turut bersama menjadi agen perubahan;
Dengan demikian Implementasi TI di suatu perusahaan atau organisasi berarti mengubah sesuatu di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Dengan Begitu, implementasi TI adalah suatu perubahan di dalam perusahaan atau organisasi, sehingga kita harus melihat model-model yang berlaku dalam manajemen perubahan;
Namun demikian tidaklah seluruh organisasi mampu mewujudkan efisiensi dan efektifitas setelah berupaya mengimplementasikan TI, tentunya banyak yang menemukan kegagalan. Ketika implementasi TI dengan biaya yang sangat besar ternyata tidak mampu merubah organisasi seperti yang diharapkan adalah suatu hal yang sangat disayangkan.
Berikut tiga jenis kesalahan (error) yang berkaitan dengan implementasi TI ini. Pertama, kesalahan teknis (technical error) yang berkaitan dengan kualitas teknis yang rendah. Kedua, kesalahan fungsional (functionality error) yang berkaitan dengan ketidaksesuaian antara fungsi teknologi dengan kebutuhan perusahaan atau organisasi. Ketiga, kesalahan manusia (human error) yang secara garis besar berkaitan dengan kemampuan (skill) dan kemauan (motivation) karyawan untuk menggunakan teknologi tersebut.
Maka kita dapat menyimpulkan bahwa implementasi TI di suatu perusahaan atau organisasi tidaklah sesuatu yang berdiri sendiri.
Menanggapi ungkapan Kotter yang menyatakan setidaknya ada tiga kemampuan yang dibutuhkan pemimpin perubahan, hal ini juga berlaku di bidang TI yaitu;
1. Kemampuan mendiagnosa kemungkinan-kemungkinan penolakan perubahan, sebab tidak sedikit orang/pihak yang anti TI dikarenakan ketakutan TI akan mengambil pekerjaannya atau ketidakmampuannya memanfaatkan fasilitas TI itu sendiri
2. kemampuan menangani semua bentuk penolakan yang ada, pada umumnya dilakUkan dengan pendekatan persuasif bahwa TI akan memudahkan pekerjaan dan melakukan pemilihan aplikasi TI yang very user friendly
3. kemampuan memilih strategi untuk melakukan perubahan. Pemimpin TI (atau sering disebut CIO) harus menyadari argumentasi TI sebagai piranti perubahan sehingga implementasi TI yang dilakukan berjalan sesuai koridor dan mampu menunjukkan sebagai tools problem solving organisasi atau individu.
2. Kemudian organisasi yang memiliki itikat baik untuk implementasi TI tentunya akan memacu bahkan sampai taraf memaksakan dirinya untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan dalam rangka implementasinya baik yang berkaitan dengan TI itu sendiri atau di luar TI, tidak hanya sebatas biaya tetapi juga perbaikan manajemen administrasi. Untuk lebih jelasnya baca studi kasus : “implementasi TI melalui SISDM mampu memaksakan organisasi untuk memiliki manajemen administrasi kepegawaian/SDM yang baik klik disini atau implementasi e-Procurement pada akhirnya memaksakan organisasi menertibkan pengadaan barang/jasanya, klik disini);
3. Implementasi TI haruslah mengacu dan selaras dengan strategi bisnis perusahaan atau organisasi. Dengan demikian organisasi akan dipaksakan untuk melakukan evaluasi strategi bisnisnya;
4. Implementasi TI sebagai bagian dari proses dan kapabilitas, sehingga akan memaksakan untuk melakukan penataan proses dan kapabilitas itu sendiri, serta penataan tiga komponen lainnya, yaitu struktur organisasi, sistem remunerasi, serta SDM nya;
5. Aplikasi TI memudahkan kita (agen perubahan) untuk menyampaikan doktrin pentingnya perubahan dan meningkatkan jumlah subjek perubahan untuk turut bersama menjadi agen perubahan;
Dengan demikian Implementasi TI di suatu perusahaan atau organisasi berarti mengubah sesuatu di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Dengan Begitu, implementasi TI adalah suatu perubahan di dalam perusahaan atau organisasi, sehingga kita harus melihat model-model yang berlaku dalam manajemen perubahan;
Namun demikian tidaklah seluruh organisasi mampu mewujudkan efisiensi dan efektifitas setelah berupaya mengimplementasikan TI, tentunya banyak yang menemukan kegagalan. Ketika implementasi TI dengan biaya yang sangat besar ternyata tidak mampu merubah organisasi seperti yang diharapkan adalah suatu hal yang sangat disayangkan.
Berikut tiga jenis kesalahan (error) yang berkaitan dengan implementasi TI ini. Pertama, kesalahan teknis (technical error) yang berkaitan dengan kualitas teknis yang rendah. Kedua, kesalahan fungsional (functionality error) yang berkaitan dengan ketidaksesuaian antara fungsi teknologi dengan kebutuhan perusahaan atau organisasi. Ketiga, kesalahan manusia (human error) yang secara garis besar berkaitan dengan kemampuan (skill) dan kemauan (motivation) karyawan untuk menggunakan teknologi tersebut.
Maka kita dapat menyimpulkan bahwa implementasi TI di suatu perusahaan atau organisasi tidaklah sesuatu yang berdiri sendiri.
Menanggapi ungkapan Kotter yang menyatakan setidaknya ada tiga kemampuan yang dibutuhkan pemimpin perubahan, hal ini juga berlaku di bidang TI yaitu;
1. Kemampuan mendiagnosa kemungkinan-kemungkinan penolakan perubahan, sebab tidak sedikit orang/pihak yang anti TI dikarenakan ketakutan TI akan mengambil pekerjaannya atau ketidakmampuannya memanfaatkan fasilitas TI itu sendiri
2. kemampuan menangani semua bentuk penolakan yang ada, pada umumnya dilakUkan dengan pendekatan persuasif bahwa TI akan memudahkan pekerjaan dan melakukan pemilihan aplikasi TI yang very user friendly
3. kemampuan memilih strategi untuk melakukan perubahan. Pemimpin TI (atau sering disebut CIO) harus menyadari argumentasi TI sebagai piranti perubahan sehingga implementasi TI yang dilakukan berjalan sesuai koridor dan mampu menunjukkan sebagai tools problem solving organisasi atau individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar