Masalah gaji merupakan
masalah yang tak kunjung usai. Permasalahan ini selalu mencuat tiap
tahun, terutama pada bulan Mei, tepatnya tanggal 1 Mei yang diperingati
sebagai hari buruh.
Tidak ada yang membantah bahwa uang adalah
unsur pokok dalam memotivasi kerja seseorang. Hal demikian terlihat pada
besaran kompensai atau remunirasi yang diperoleh karyawan. Semakin
tinggi nilai kompensasi cenderung semakin tinggi motivasi kerja karyawan
dan harapannya kinerja pun bakal meningkat. Sementara tujuan strategi
kompensasi adalah member penghargaan yang benar pada karyawan dengan
perilaku yang sesuai dengan standar organisasi.
Tampak bahwa uang adalah sumber motivasi
yang sangat signifikan bagi karyawan. Namun bisa dikatakan pula bahwa
peningkatan gajih misalnya hanya dapat memotivasi hingga pada
peningkatan gaji selanjutnya. Dengan kata lain tidak mungkin semua
karyawan serentak memeroleh kenaikan gaji kalau ada yang tidak
berprestasi. Kecuali yang memang memeroleh promosi karena kinerjanya
yang melebihi standar kinerja organisasi.
Namun patut diperhatikan posisi uang
tidak selalu sebagai unsur satu-satunya yang dapat memotivasi karyawan
untuk bekerja dengan lebih baik. Kalau dikaitkan dengan teori motivasi
Herzberg misalnya, uang hanyalah untuk memeilihara motivasi yang sudah
ada agar tidak mengalami penurunan. Dengan kata lain bukan sebagai
faktor motivator bagi karyawan. Karena itu selain uang maka perusahaan
harus mencari bentuk lain dalam memotivasi kerja karyawan misalnya
membangun suasana kerja yang nyaman, kepemimpinan yang memotivasi,
fasilitas kerja yang lengkap dst. Itulah yang disebut dengan jenis
kompensasi yang sifatnya non-finansial.
Kembali pada kompensasi hubungannya dengan
motivasi kerja karyawan maka perusahaan harus menempatkannya tidak
dalam system strategi bisnis saja namun juga dalam kandungan visi dan
misi perusahaan. Dalam prakteknya perusahaan harus memiliki strategi
manajemen kompensasi yang berbasis pada kepentingan perusahaan dan
karyawan. Besaran kompensasinya harus berdasarkan pertimbangan kondisi
kesehatan perusahaan dan juga kondisi remunirasi di pasar kerja. Dengan
demikian diharapkan strategi kompensasi dilaksanakan dapat meningkatkan
komitmen dan keterikatan kerja karyawan di perusahaan.
Setelah UMR ditetapkan
bukan berarti masalah standar upah telah selesai. Akan tetapi, di sana
masih banyak menyisakan masalah, bahkan lebih besar lagi.
Peringatan Allah ini
hendaknya diperhatikan supaya kita tidak terlalu mementingkan dunia
ketimbang ahirat. Hal ini saya tulis berkenaan dengan keperihatinan saya
terhadap pandangan hidup rata-rata masyarakat yang hanya
tertuju pada materi, kesenangan sesaat di dunia ini. Hingga apa-apa
hanya diukur dengan materi. Ukuran yang dipakai di masyarakat bukan
ukuran dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tetapi ukuran materi. Semuanya
diukur dengan banyak atau sedikitnya harta. Hingga yang disebut sukses
oleh masyarakat jauh berbeda dengan sukses menurut Al-Qur’an. Ukuran
kesuksesan tampaknya justru rata-rata masyarakat ini mengikuti Qarun
atau bahkan Fir’aun. Sukses menurut rata-rata masyarakat,
tidak jauh dari seputar: banyak harta, punya jabatan, anak-anaknya
bertitel, menantunya juga kaya, bertitel, punya jabatan dan sebagainya.
Semuanya serba bendawi. Itu mirip dengan sukses menurut Qorun dan orang-orang yang sependapat dengannya.
Sukses menurut Alloh swt adalah sebagai berikut:
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ
خَاشِعُونَ(2)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ(3)وَالَّذِينَ
هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ(4)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ
حَافِظُونَ(5)إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ
فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ
يُحَافِظُونَ(9)أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(11)
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
3.Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6.Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki
[budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir);
maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.
7.
Barangsiapa mencari yang di balik itu [Maksudnya: zina, homoseksual,
dan sebagainya], maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
Sukses
atau keberuntungan menurut Allah Ta’ala dalam ayat-ayat itu adalah
perbuatan-perbuatan orang mu’min yang sangat menjaga aturan-aturan Allah
Ta’ala dan menghindari larangan-laranganNya, ikhlas untuk Allah,
mengikuti Rasulullah saw, hingga akhirnya meraih surga untuk
selama-lamanya.
Ketika
Ummat Islam ini telah dididik dalam madrasah khusus me-Ramadhan kan diri pada hari-harinya yang
jurusannya adalah akherat, maka bagi yang sukses dalam pendidikan itu
akan menjadi orang-orang yang pandangan hidupnya adalah untuk akherat,
hingga takut kepada maqam Tuhannya dan menahan hawa nafsunya, hingga
balasannya adalah surga.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى [النازعات/40، 41]
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 40, 41).
Sebaliknya, bagi yang tetap melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka diancam neraka:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى [النازعات/37-39]
37. Adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 37-39).
Semoga ini dapat mengubah pandangan kita, dengan menjuruskan
pandangan hidup kita kepada akherat, bukan lebih mengutamakan kehidupan
dunia. Sehingga menjadi orang yang sukses sebagaimana dijanjikan oleh
Allah Ta’ala, bukan sukses model Fir’aun atau Qarun yang hanya
mementingkan kekuasaan di dunia atau harta di dunia belaka dengan
menghalalkan segala cara termasuk AGENDA RUTIN KISRUH UMR..
--- wallahu a’lamu bi as-shawab ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar